Senin, 12 Januari 2015

Musik dan Cerita Bantu Kurangi Nyeri Pasca-Operasi

Pasien anak berumur 9-14 tahun yang mendengarkan lagu-lagu Rihanna, Taylor Swift, atau lagu pilihannya yang lain akan membantu menurunkan rasa sakitnya setelah operasi besar. Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Northwestern Medicine ini mengungkap, lagu-lagu yang dipilih biasanya beraliran pop, country, rock, dan klasik.

Menurut para ilmuwan, lagu-lagu yang disenangi anak-anak akan mengontrol rasa nyeri tanpa obat opioid analgesik—obat pengurang rasa sakit pasca-operasi. Obat tersebut menyebabkan masalah pernapasan pada anak-anak.

“Terapi audio merupakan strategi penting untuk meminimalkan rasa sakit dan efek obat opioid,” kata Santhanam Suresh, pemimpin penelitian, seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin, 12 Januari 2015.

Suresh merupakan profesor anestesiologi dan pediatri di Northwestern University Feinberg School of Medicine. Penelitian yang dipimpinnya ini diterbitkan dalam jurnal Pediatric Surgery, edisi Sabtu, 3 Januari 2015.

Dalam studi, rasa nyeri 60 pasien anak dievaluasi. “Setelah dan sebelum terapi audio,” kata dia. Para peneliti melaporkan tingkat nyeri berdasarkan identifikasi mimik wajah, seperti meringis, atau air mata, yang menggambarkan perasaan mereka.

Anak-anak dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama mendengarkan musik pilihan mereka selama 30 menit; kelompok kedua membaca cerita pilihan mereka; kelompok ketiga tak melakukan apa pun.

Kelompok pasien anak yang menerima terapi audio dan cerita mengalami penurunan nyeri secara signifikan. Sedangkan kelompok pasien yang tak melakukan keduanya tak mengalami penurunan rasa sakit.

Suresh percaya terapi audio ini dapat membantu mengurangi jalur sekunder korteks prefrontal, bagian yang menghasilkan memori rasa nyeri. Ide dasarnya, kata Suresh, yaitu sedikit mengalihkan rasa sakit ke kegiatan yang lain. “Ini seperti ‘penipuan’ otak.”

Membiarkan pasien untuk memilih musik atau cerita-cerita pilihan pasien merupakan bagian penting dari perawatan. Menurut dia, semua orang suka musik, tapi memang memiliki referensi yang berbeda.

Salah satu aspek berharga dari penelitian ini ialah kemampuan pasien untuk melanjutkan terapi audio mereka sendiri. Beberapa orang tua bahkan tak percaya melihat tidak adanya keluhan dari anak mereka. “Mereka begitu tenang saat tidur,” ujar Suresh menirukan cerita dari orang tua pasien. Sumber *